Mengenal Padende
Jika melakukan perjalan dari pusat Kota Bima secara tidak langsung pandangan kita akan mengarah pada barisan bukit yang menampakan landscape permukiman masyarakat Donggo, dan juga di antara bukit-bukit nampak yang paling lancip adalah “Doro Leme” begitu disebutkan, namun kali ini kita belum bercerita tetang Doro Leme, ada beberapa alasan menarik untuk membahas sebuah dusun yang keberadaanya di balik itu, yaitu “Padende” merupakan salah satu dusun dari Desa Bumi Pajo Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia.
Air Terjun Oi Kaleli |
Dalam 10 tahun terakhir sesekali kadang saya berkunjung ke Padende bersama Pak Suami, Lebih tepatnya mengikuti Pak Suami karena termasuk salah satu area kerjanya. Awal ke sini saya bahkan mengenakan mantel panjang karena siang hari pun suhu begitu dingin dan berkabut, saat sekarang masih dirasakan hal yang sama namun sudah banyak berkurang, menurunnya kondisi tersebut mungkin karena adanya perubahan lingkungan sekitar.
Padende merupakan dusun paling ujung dari dusun lainnya di desa Bumi Pajo, adapun 4 dusun lain yakni dusun Rasa Bou, Madanggasa, Pemukiman, Ncuhi, tidak ditemukan jalan yang terintegrasi dengan Desa sebelah, karena dibatasi jurang dan berada pada bukit yang berbeda.
Untuk menuju ke sini kita membelok pada jalur yang ke arah utara pertigaan Desa Rora tepatnya di perbatasan Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, dari arah Bandar Udara Sultan Salahudin waktu tempuh 45-60 menit dan memakan waktu 30 menit dari arah Dompu.
Kondisi jalan menuju Padende |
Dengan kondisi topografis dataran tinggi dan bertekstur pegunungan, tentunya jalan menuju Padende menanjak dan berkelok. Walau demikian sudah teraspal namun masih kurang lebar sehingga jika berpapasan dengan kendaraan lain sebaiknya mempertimbangkan untuk saling berhenti atau kurangi kecepatan agar lebih aman. Nah.. lumayan memicu adrenalin yah, setidaknya memberi gambaran agar pengunjung baru bisa menyiapkan kendaraan yang kondisinya fit.
Sepanjang perjalanan, nampak pemandangan bahu jalan yang langsung dengan ngarai punggungan bukit yang menjadi areal pertanian dan perkebunan masyarakat setempat. Kalau saat musim penghujan ini kita tentunya diperlihatkan dengan pemandangan tanaman jagung, ada juga padi.
Komoditi Unggulan Buah, Rempah dan Kopi
masyarakat masih menggunakan lumbung padi |
Bunga Brugmansia |
Terlihat kembang bunga brugmansia atau bunga terompet menjuntai di pinggiran jalan, bunga yang biasa tumbuh dengan mudah di tanah yang lembab ataupun suhu yang dingin.
Pohon durian |
Ciri tersebut menunjukkan letak dusun Padende yang memang berada pada ketinggian di atas rata-rata dan ini merujuk dari ketinggian Doro Leme yaitu 1060 mdpl (sumber dari para Youtuber) yang ketinggianya hampir sama dengan Padende.
Kebun Kopi |
Oleh karenanya, areal perkebunan di Padende menjadi menarik manakala kaya dengan berbagai komoditi, antara lain kopi, durian, manggis, alpukat, rempah-rempah Jahe, cengkeh, kemiri, ketumbar dan palawija. Jenis kopi di Padende adalah Robusta, kopi dengan ukuran kecil atau biasa disebut warga setempat adalah “kahawa mpida”. zona perkebunan kopi bersifat ruang terbuka alami, berlatar gunung dan vegetasi aslinya, masyarakat juga memasarkan hasil alamnya.
menikmati durian Padende |
Wisata Air Terjun dan Wisata Bersejarah
Pemandu masyarakat lokal |
Melengkapi uniknya dusun Padende, kita juga disuguhi wisata bersejarah, terdapat sebuah Prasasti Wadu Tunti yang artinya batu yang ditulis. Pembuatan prasasti ini diperkirakan antara tahun 1350 sampai dengan 1400, dan ditulis dalam aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno yang bercampur bahasa lokal.
Situs Wadu Tuntii |
No comments:
Post a Comment