Thursday, March 7, 2024

Terpesona dengan Kejernihan Pantai Sori Nehe



Pantai Sori Nehe sang primadona baru yang selalu sileweran tiap membuka sosmed, dan akhirnya akupun menuju ke sini, sebelumnya sempat ragu karena membayangkan dulu akses menuju ke sini  kurang memadai. 

Jalur menuju Sori Nehe

Namun terbantahkan dengan kondisi yang begitu kondusif, jalur teraspal dengan lebar yang cukup aman. Walaupun memang menanjak dengan beberapa tikungan tajam

Pasir putih bersampur koral

Dalam perjalan menuju ke sinipun, kita sudah dimanjakan dengan view bebukitan dan hijaunya ladang jagung, lekukan jalur aspal yang masih mulus dan sunyi pengendara lainnya mendukung hajad refresing yang membutuhkan suasana yang damai

Spot foto

Pantai Sori Nehe hampir mendekati wilayah kecamatan Ambalawi Kabupaten Bima, namun lokasinya masih berada dalam wilayah kota Bima, tepatnya di Jl. Lintas Ambalawi Kelurahan Kolo Kecamatan Asakota, dengan begitu untuk menuju ke sini kita bisa mengambil jalur yang ke arah kelurahan Kolo, atau bisa melalui Ambalawi. Jarak dari pusat Kota Bima sekitar 24,3 km dan bisa ditempuh dalam waktu 40 menit. 

Sejuk dengan pepohonan

Pantai dengan ciri khas pasir putih yang bercampur batu-batu koral, terlihat jernih dan masih bersih, ombak laut mendayu lamban dan tenang, mendukung bagi pengunjung yang juga ingin mandi laut, pada sumber lainpun menyebutkan Sori Nehe juga sangat cocok untuk kegiatan diving, snorkeling. Suasana yang senjuk pada pinggiran pantai karena dipenuhi pohon-pohon besar, pohon kelapa yang memberikan efek sapuan angin segar kala suasana terik saat sekarang. 

Spot foto

Pantai Sori Nehe menawarkan landscape cekungan pantai yang indah serta dinding-dinding karang yang terkikis membentuk lukisan alam eksotik menjadi spot asyik yang tidak boleh dilewatkan ketika berkunjung ke Sori Nehe. 

Spot Foto
Berjejer dengan spot wisata pantai lainnya antara lain pantai Kolo, So Numbe, pantai Oi Fanda maupun Nipa, menjadikan areal Pantai ini sebagai alternatif kunjungan dengan pinggiran pantai yang teduh. Cukup nyaman  karena tersedia fasilitas gazebo, toilet, maupun rumah kayu yang bisa dijadikan tempat ibadah, tidak tersedia lapak lesehan makan hanya sebuah warung yang menjual minuman dan makanan ringan. 
Dinding karang di Sori Nehe

Destinasi Pantai Sori Nehe telah dibuka untuk umum hampir setahun dan memiliki pengelola, adapun tarif untuk masuk ke Sori Nehe, dikenakan biaya parkir 5 ribu untuk pengendara motor dan 15 ribu untuk mobil dan itu sudah include dengan sewa tempat, namun dikenakan lagi tarif 5 ribu perorang untuk bisa akses pada spot buatan.

Spot foto








Monday, March 4, 2024

Melirik Potensi Bumi Pajo Padende, Wisata Air Terjun, Wisata Bersejarah dan Agrowisata Kopi


Mengenal Padende

Jika melakukan perjalan dari pusat Kota Bima secara tidak langsung pandangan kita akan mengarah pada barisan bukit yang menampakan landscape permukiman masyarakat Donggo, dan juga di antara bukit-bukit nampak yang paling lancip adalah “Doro Leme” begitu disebutkan, namun kali ini kita belum bercerita tetang Doro Leme, ada beberapa alasan menarik untuk membahas sebuah dusun yang keberadaanya di balik itu, yaitu “Padende” merupakan salah satu dusun dari Desa Bumi Pajo Kecamatan Donggo, Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. 


Air Terjun Oi Kaleli

Dalam 10 tahun terakhir sesekali kadang saya berkunjung ke Padende bersama Pak Suami, Lebih tepatnya mengikuti Pak Suami karena termasuk salah satu area kerjanya. Awal ke sini saya bahkan mengenakan mantel panjang karena siang hari pun suhu begitu dingin dan berkabut, saat sekarang masih dirasakan hal yang sama namun sudah banyak berkurang, menurunnya kondisi tersebut mungkin karena adanya perubahan lingkungan sekitar.


Padende merupakan dusun paling ujung dari dusun lainnya di desa Bumi Pajo, adapun 4 dusun lain yakni dusun Rasa Bou, Madanggasa, Pemukiman, Ncuhi, tidak ditemukan jalan yang terintegrasi dengan Desa sebelah, karena dibatasi jurang dan berada pada bukit yang berbeda.


Untuk menuju ke sini kita membelok pada jalur yang ke arah utara pertigaan Desa Rora tepatnya di perbatasan Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu, dari arah Bandar Udara Sultan Salahudin waktu tempuh 45-60 menit dan memakan waktu 30 menit dari arah Dompu.

Kondisi jalan menuju Padende



Dengan kondisi topografis dataran tinggi dan bertekstur pegunungan, tentunya jalan menuju Padende menanjak dan berkelok. Walau demikian sudah teraspal namun masih kurang lebar sehingga jika berpapasan dengan kendaraan lain sebaiknya mempertimbangkan untuk saling berhenti atau kurangi kecepatan agar lebih aman. Nah.. lumayan memicu adrenalin yah, setidaknya memberi gambaran agar pengunjung baru bisa menyiapkan kendaraan yang kondisinya fit.

Sepanjang perjalanan, nampak pemandangan bahu jalan yang langsung dengan ngarai punggungan bukit yang menjadi areal pertanian dan perkebunan masyarakat setempat. Kalau saat musim penghujan ini kita tentunya diperlihatkan dengan pemandangan tanaman jagung, ada juga padi.


Komoditi Unggulan Buah, Rempah dan Kopi

Padende memang terasa berbeda, awal memasuki
masyarakat masih menggunakan lumbung padi
dusun yang letaknya paling tinggi ini, suasa begitu adem, vibes desa jaman dulu masih terasa, walaupun sudah banyak bangunan rumah warga dengan struktur bata dan beton, namun masih terpelihara seperti lumbung padi di masing-masing rumah warga

Bunga Brugmansia

Terlihat kembang bunga brugmansia atau bunga terompet menjuntai di pinggiran jalan, bunga yang biasa tumbuh dengan mudah di tanah yang  lembab ataupun suhu yang dingin.


Pohon durian

Ciri tersebut menunjukkan letak dusun Padende yang memang berada pada ketinggian di atas rata-rata dan ini merujuk dari ketinggian Doro Leme yaitu 1060 mdpl (sumber dari para Youtuber) yang ketinggianya hampir sama dengan Padende. 

Kebun Kopi

Oleh karenanya, areal perkebunan di Padende menjadi menarik manakala kaya dengan berbagai komoditi, antara lain kopi, durian, manggis, alpukat, rempah-rempah Jahe, cengkeh, kemiri, ketumbar dan palawija. Jenis kopi di Padende adalah Robusta, kopi dengan ukuran kecil atau biasa disebut warga setempat adalah “kahawa mpida”. zona perkebunan kopi bersifat ruang terbuka alami, berlatar gunung dan vegetasi aslinya, masyarakat  juga memasarkan hasil alamnya. 


menikmati durian Padende
 

Pengakuan warga setempat, kopi memang hanya bisa tumbuh dengan baik di dusun Padende,sedangkan tidak terlihat tumbuh di dusun lainnya yang letaknya lebih rendah.




Wisata Air Terjun dan Wisata Bersejarah

Beberapa hal menarik lain yang menjadi paket menikmati kopi hitam Padede adalah  destinasi Air terjun Oi Kaleli dengan ketinggian 10 m.
Air Terjun Oi Kaleli 
Air terjun ini masuk pada kawasan hutan lindung
memiliki kolam alami yang cukup bersahabat sebagai tempat pemandian, tidak terlalu dalam kondisi airnyapun bersih. terdapat dua air terjun di Padende, namun menurut infomasi dari guide lokal, Air terjun Oi Kaleli yang paling tinggi. Menuju ke sini membutuhkan 15 menit dari Jalan utama, dengan kondisi turunan namun jalurnya cukup jelas, masyarakat setempat rutin memangkas semak belukar yang menutupi jalur. gunakan pemandu masyarakat lokal agar perjalanan lebih lancar.

Pemandu masyarakat lokal
kolam di aliran sungai


Melengkapi uniknya dusun Padende,  kita juga disuguhi wisata bersejarah, terdapat sebuah Prasasti Wadu Tunti yang artinya batu yang ditulis. Pembuatan prasasti ini diperkirakan antara  tahun 1350 sampai dengan 1400, dan ditulis dalam aksara Jawa Kuno dan bahasa Jawa Kuno yang bercampur bahasa lokal.


Situs Wadu Tuntii 

Gimana guys? Padende menyimpan banyak potensi sebagai alasan untuk kita berkunjung, wisata alam air terjun, agrowisata maupun wisata bersejarah,